Love & Reasons

Saya sering baca di status media sosial atau di kutipan-kutipan romantis yang kurang lebih begini, ‘Aku tak butuh alasan untuk mencintaimu, jika aku punya alasan untuk mencintaimu maka aku punya alasan untuk meninggalkanmu.‘ Dan itu pun sama kaya di salah satu film Raditya Dika yang entah apa judulnya yang jelas adiknya tanya sama si Dika, “Emang cinta butuh alasan Ka ?”. Dan saat itulah Dika sadar, cinta tak butuh alasan.

Mungkin banyak orang di luar sana yang setuju dengan statemen tersebut, karena yang mungkin nggak setuju cuma saya doang (dengan persepsi bahwa saya belum mendengar, melihat atau membaca tulisan orang kalau cinta butuh alasan). Yap, buat saya cinta itu butuh alasan.

Kog bisa ?

Oke, begini persepsinya. Menurut saya, cinta dan benci adalah dua hal yang beriringan, saling memburu, saling mengalahkan satu sama lain dan itu akan terus berseteru selama-lamanya tanpa akhir. Itulah makanya ada cinta jadi benci dan benci jadi cinta. Jadi, apa sih yang melahirkan cinta, apa pula yang melahirkan benci ? Menjawab pertanyaan itu saja udah jelas, cinta butuh alasan begitu juga dengan benci.

Jika kamu termasuk golongan cinta tak butuh alasan dan kurang setuju dengan pernyataan itu, maka coba jawab dengan masuk cerita imajiner ini.

Posisikan kamu mencintai seseorang dan kamu mencintainya tanpa alasan. Itu artinya kamu tidak punya alasan untuk meninggalkannya atau membencinya karena yang kamu punya adalah cinta dan cinta, tak ada lagi selain cinta bahkan benci pun tak ada sedikit pun. Lalu kemudian dia membunuh ibumu dengan sadis cara mutilasi. Apakah kamu masih mencintainya ? Masih ? Oke lanjut. Lanjut Njooot !